Suatu perang terjadi antara sebuah kerajaan Melayu di Indonesia danudsebuah angkatan perang penjajah karena perkara “sepele”. Ketika berkunjungudke kerajaan itu, komandan bule mencium tangan sang permaisuri sebagaiudtanda penghormatan. Raja Melayu marah karena menganggap pemimpinudkolonial tersebut kurang ajar. Untuk budaya timur hal tersebut apabilauddilakukan terhadap perempuan lain yang bukan pasangannya dianggap tidakudsopan. (Condon dan Yousef, 1985:89)udCerita diatas merupakan salah satu contoh dari komunikasi antarudbudaya. Bila komunikasi terjadi antara orang-orang yang berbeda bangsa, ras,udbahasa, agama, tingkat pendidikan, status sosial atau bahkan jenis kelamin,udkomunikasi demikian disebut dengan Komunikasi Antar Budaya.udManusia bahwasanya memang diciptakan berbeda-beda oleh Tuhan.udPerbedaan-perbedaan itu dapat dilihat baik dari segi negara, bahasa, budaya,udagama, status ekonomi maupun yang lainnya. Tapi perbedaan itu tidak akanudmenjadi alasan matinya komunikasi antar manusia. Karena komunikasi telahudmenjadi bagian hidup dari manusia yang tak dapat dipisahkan. Sosial adalahudungkapan kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi satu dengan yang lain, dan budaya adalah sesuatu yang diciptakan manusia yang secara harfiahudadalah suatu kebiasaan yang baku pada suatu komunitas sosial (suku/etnis).udDi beberapa negara banyak ditemui masyarakatnya hidup dalamudkeanekaragaman, baik dari budaya maupun bahasanya. Contoh paling dekatudadalah negara kita sendiri, Indonesia. Meskipun menjadi negara yangudmemiliki keragaman budaya, namun Indonesia dapat menunjukkan sikapudtoleransi dan persatuannya di dalam kehidupan yang sarat akan keberagamanudbudayanya.udKomunikasi antar budaya merupakan bentuk interaksi yang terjadi diudantara anggota-anggota budaya yang berbeda. Setiap interaksi antar budayaudselalu menggambarkan hubungan antara tindakan individu dari satuudkebudayaan dengan tindakan individu dari kebudayaan lain yang maknanyaudbelum tentu disamakan. Dari hal tersebut, maka sebenarnya komunikasi antarudbudaya merupakan komunikasi antar pribadi yang dilakukan olehudkomunikator dan komunikan yang berbeda, bahkan dalam satu bangsaudsekalipun. (Alo Liliweri, 2001:14)udPara ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi ituudmempunyai hubungan timbal balik. Budaya-budaya yang berbeda memilikiudsistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidupudyang berbeda. Cara berkomunikasi pun sangat bergantung pada budaya kita,udseperti pada bahasa, aturan, dan norma masing-masing. Perbedaan-perbedaanuddalam ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, karena hal tersebut setidaknya dapat menyebabkan komunikasi tidak lancar, timbuludperasaan tidak nyaman atau kesalahpahaman. Dewasa ini, kesalahpahamanudseperti itu masih sering terjadi ketika kita bergaul dengan kelompok budayaudyang berbeda, problem utamanya adalah kita cenderung menganggap budayaudkita sebagai suatu kemestian, tanpa mempersoalkannya lagi, danudmenggunakannya sebagai suatu standar untuk mengukur budaya-budaya lain.ud(Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, 2001:VI-VII)udKesalahpahaman yang ditimbulkan oleh perbedaan ini pada akhirnyauddapat menimbulkan konflik. Sumber dari konflik yang lazim terjadi antaraudlain salah satunya karena adanya stereotip-stereotip antar suku, yangudmerupakan penilaian negatif dan salah kaprah terhadap budaya atau suku lain.udTak sedikit pula orang-orang melihat sebelah mata pada kebudayaanudtradisional yang dimiliki oleh kelompok masyarakat lain, kurang menerimauddan bahkan menolak sama sekali akan sikap tradisional yang masih dipegangudoleh beberapa orang.udDalam hal ini adapun upaya untuk menghindari perpecahan nasionaluddan mengusahakan terjadinya perdamaian, dapat dilakukan dengan kesediaanuddiri untuk mempelajari struktur, proses komunikasi maupun isi dan psikologiudbudaya lain. Semakin banyak pengetahuan yang diambil dan terbukanyaudpihak-pihak yang berbeda budaya tersebut, maka akan semakin berhasil pulaudmereka dalam melakukan proses komunikasi. Kedua belah pihak harusudmemiliki pengetahuan dan kesadaran multikultural yang sama serta pengertian terhadap yang lain tanpa prasangka, sehingga dapat membangun persamaanuddalam berkomunikasi dan adanya sikap yang saling menghormati pula.udDari realitas kehidupan bermasyarakat seperti yang disebutkan di atas,udkini banyak media massa yang tertarik untuk menampilkan sisi kehidupanudbermasyarakat yang berada dalam keberagaman budaya, dan salah satunyaudmelalui film. Film diciptakan berpangkal dari realitas masyarakat danudlingkungannya. Hal ini sesuai dengan kekuatan film dalam merepresentasikanudkehidupan, sehingga mampu memuat nilai budaya masyarakat.udMenurut Graeme Turner, makna film sebagai representasi dari realitasudmasyarakat berbeda dengan film sekedar sebagai refleksi dari realitas. Sebagaiudrefleksi dari realitas, film sekedar memindah realitas ke layar tanpa mengubahudrealitas itu. Sementara itu, sebagai representasi dari realitas, film membentukuddan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensikonvensi,uddan ideology dari kebudayaannya. (Alex Sobur, 2006:128)udFilm merupakan sebuah produksi yang membutuhkan kerjaudkolaboratif, yaitu melibatkan sejumlah tenaga kerja kreatif yang salingudmendukung dan saling mengisi untuk membentuk totalitas film. Keahlianudkreatif itu kemudian menghasilkan bahasa film yang harus dikenali danuddipahami oleh penontonnya. Kita harus mengenalinya karena film berceritaudtentang kehidupan dan segala hal di dunia, maka penting untuk memhamiudteknik visual dan teknik filmis tersebut agar kita paham apa maksud dari filmudyang kita tonton.udMelalui bahasa yang diucapkan kita dapat menungkapkan isi hati,udgagasan, data, fakta dan kita mengadakan kontak dan hubungan dengan orangudlain. Demikian halnya dengan film yang juga menghasilkan bahasa. Melaluiudgambar-gambar yang disajikan di layar, film mengungkapkan maksudnya,udmenyampaikan fakta dan mengajak penonton berhubungan dengannya.udSerangkaian gambar yang bergerak dan terangkai, serta suara dalam filmudmerupakan suatu simbol-simbol yang harus dipahami dan dikuak maknanyaudoleh penonton sehingga dapat ditemui dan diketahui pesan-pesan yang adauddalam suatu film. Melalui film, pembuat film mengajak penontonnyaudmenerima data, fakta, gagasan, pandangan, pikiran, cita-citanya dan salingudberbicara tentangnya. (Mangunhardjana, 1995:109)udFilm dapat menceritakan kepada kita tentang berbagai hal yangudberhubungan dengan kehidupan. Baik tentang ekonomi, politik, sosialudmaupun ilmu pengetahuan lainnya. Melalui film pesan-pesan yangudberhubungan dengan setiap segi kehidupan tersebut dapat dituturkan denganudbahasa audio visual yang menarik, sesuai dengan sifat film yang berfungsiudsebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana pelepas emosiudkhalayak.udSebagai salah satu bentuk media massa, film dapat difungsikanudsebagai media dalam wujud ekspresi, yang berperan untuk mempresentasikanudsuatu budaya atau gambaran realitas dari suatu masyarakat. Dewasa ini film telah menjadi suatu objek pengamatan yang menarikuduntuk diteliti. Selain berfungsi sebagai media massa yang menjadi bagian dariudkomunikasi massa, film juga terdapat bahasa baik verbal maupun non verbal.udSalah satu film yang menarik untuk diamati adalah Film Gran Torino. Filmudtersebut merupakan salah satu contoh refleksi dari realitas pada masyarakatudyang mempresentasikan adanya tindakan komunikasi antar budaya.udFilm karya Clint Eastwood ini menjadi menarik untuk diteliti karenaudpada film tersebut terdapat representasi dari terjadinya Komunikasi AntarudBudaya, yaitu antara warga Amerika dengan Suku Hmong imigran Vietnam.udMeskipun era globalisasi semakin berkembang dan pengetahuan semakinudmaju, namun sebagai warga negara yang mempunyai adikuasa sepertiudAmerika, tak sedikit yang masih melihat sebelah mata dan memandangudnegatif terhadap bangsa atau suku lain, khususnya terhadap suku Hmong,udsebuah suku kecil yang terbuang dari negaranya Vietnam. Dari dasarudperbedaan tersebut yang kemudian menjadi awal dari kesalahpahamanudmuncul. Apalagi sebagai tuan rumah, warga Amerika ini lebih mempunyaiudhak dan menjadi lebih arogan terhadap suku Hmong yang notabene seorangudimigran, baik secara martabat, pengetahuan maupun ekonomi. Dan denganudadanya persamaan dan kemauan untuk mau saling terbuka dan menerimaudmenjadi buah usaha dalam menciptakan perdamaian dan keharmonisan dalamudsuatu lingkungan yang saling berbeda budayanya. Film ini menceritakan kehidupan suku Hmong yang tinggal diudAmerika yang mau tak mau harus bergaul dengan orang-orang Amerika,udbagaimana mereka diperlakukan dan bagaimana warga Amerika melihat sukuudHmong ini. Bermula dari sebuah insiden di pihak keluarga Suku Hmong yangudmenimbulkan keributan sehingga membuat seorang warga Amerika tetanggaudsebelah mereka ini ikut terlibat alih-alih tidak ingin terganggu denganudkeributan tersebut. Kejadian tersebut justru kemudian membantu pihakudkeluarga Suku Hmong terhindar masalah. Sebagai suatu golongan yang masihudmemegang nilai adatnya, mereka memberi berbagai makanan dan hadiahudkepada orang Amerika yang telah menolongnya tersebut sebagai bentuk rasaudterima kasih. Meski pada awalnya menolak, namun pada akhirnya orangudAmerika tersebut mencoba menerima dan mulai membuka diri terhadapudanggota keluarga dari Suku Hmong tersebut. Dan begitu pula sebaliknya,udorang dari suku Hmong ini bisa lebih percaya diri dalam bergaul diudlingkungannya.udDari cerita tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk mengangkatudfilm ini menjadi bahan penelitian lebih lanjut, karena terdapat simbol-simboludtersembunyi tentang komunikasi antar budaya untuk diteliti. Penelitian iniudakan dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis Semiotika. Semiotikaudadalah suatu bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tandaudatau lambang. (Alex Sobur, 2006:11) Metode analisis semiotika digunakan sebagai pendekatan untukudmengalisis media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikanudmelalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tandaudtersebut tidak pernah membawa makna tunggal (Alex Sobur, 2002:95)udSemiotika juga bertujuan untuk menggali sistem hakikat tanda yangudberanjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teksudyang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudianudmenimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan artiudpenunjukkan (denotative) atau kaitan dan kesan yang ditimbulkan danuddiungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. (Alex Sobur,ud2002:126-127)udMelalui film yang dipresentasikan lewat berbagai tanda seperti bahasauddan gambar tersebut, Clint Eastwood mencoba untuk menyisipkan danudmengkomunikasikan kepada publik bahwa di dalam lingkungan denganudbudaya yang beragam, mampu tercipta keharmonisan hidup dengan salingudmenerima dan menghormati kebudayaan tradisional satu sama lain, tanpaudharus menghilangkan budaya asli itu sendiri, khususnya dalam hal ini antaraudpribumi Amerika dengan imigran Suku Hmong, melalui komunikasi antarudbudaya yang baik.
展开▼